Monday, June 11, 2012

Ringkukan Raga [part 3]

     Semacam hibernasi, tidur di musim dingin. Ketika mata Risya terbuka, seakan semua di sekitarnya meleleh. Ya, semua itu adalah es yang membeku. Namun, sekarang, entah mengapa bisa meleleh tanpa terduga. Hal yang sempat tidak ingin diingatnya lagi. Tiba-tiba Risya tersentak kaget karena tepukan di pundaknya.
     "Hai, Risya... lama tak berjumpa," kepala menoleh, mata membelalak, dan syok. Mulut kecilnya tak mampu mengatup rapat. Seketika itu keringat dingin sangat ceria untuk berpetualang keluar. Setelah sekian detik lamanya, ia pun tersadar. Apa ini?
     "Eh, iya kak. Apa kabar?" Seakan satu kata sulit terucap di bibirnya atau mungkin memang kenyataan lain yang enggan bersuar.
     "Harus baik dong. Kalo kamu gimana?" Kakak itu seperti tidak ada beban untuk berbicara. Tenang dengan senyum manisnya.
     "Aku baik juga, Kak. Kakak mau kemana?"
     "Mau ke toko alat olahraga, cari bola basket baru, hehe."
     "Wah, masih setia sama basketnya ya, Kak?" tetap seperti awal, Risya bingung dan tak sanggup berkata.
     "Iya, kekasih keduaku itu, haha."
     "Hahh... emang kekasih pertamanya apa, Kak?"
     "Ga tau juga Dek, masih pending mungkin."
     "Hehe, Kakak bisa aja," Risya terasa ditusuk bertriliun jarum.
     "Hehe, Kamu mau kemana, Dek?"
     "Mau makan, Kak. Laper nih," ucap Risya asal-asalan.
     "Cuma sendirian aja? Ga' ada temennya? Hati-hati diculik maling lho, Dek."
     "Yee... aku ga sendirian kok. Ada someone yang nemenin aku, yuhuuu..."
     "Haha, yang uda punya someone special. Emang mau makan di mana?" Dalam pikiran Risya bergelut kata-kata. Iya, someone specialku Iken tuh, temen setia.
     "KFC Sarinah, Kak."
     "Wah, kebetulan banget nih. Toko alat olahraganya juga ga jauh dari situ. Nanti turun bareng ya, Dek?"
     "Iya, Kak," Risya pun mengulurkan senyum tipisnya.
     Suasana pun mendadak hening. Bukan hening juga kenyataannya. Padahal suara klakson mobil dan motor tak henti-hentinya saling bersautan. Banyak pula manusia-manusia yang berkicau seperti burung di pagi hari. Mungkin hanya perasaan Risya saja yang menghalangi gemerlap ributnya dunia. Tapi, ada sebuah yang paling mengganggu pikiran Risya. Sebuah yang tak kuasa ia tutupi.
     "Kiri, Bang," suara mantan kakak kelas Risya itu terdengar. "Ayoo... udah nyampe lho."
     "Eh, iya, Kak," Risya spontan mengikuti kakak kelasnya.
     "Ini udah Aku bayarin. Dek."
     "Makasih ya, Kak, jadi ngerepotin."
     "Ga papa kok, Dek. Sekali-kali yang tua berbagi, hehe."
     "Hehe, iya, Kak. Makasih sekali lagi ya. Aku duluan ya, Kak."
     "Iya, sama-sama, Dek. Emmhhh... Eh..."
     "Ada apa, Kak?"
     "Aku boleh tanya sesuatu?"

to be continued...
Note : Don't be copy!

0 comments: