Tuesday, February 7, 2012

Lirikan Lusuh

senandung asal batu perak yang makin rapuh
merintih akan daya yang tak kuasa
ia usaha, ia lemah
tak kira lusuh kembali terulas

Nampaknya bunga tak selalu sempurna mekar. Kadang lingkungan gusar menangkisnya hingga tiada. Manusia berjalan, berlari, dan diam di benda bulat kecil. Benda bulat yang selalu bergerak berputar. Entah mengapa bisa manusia tidak merasakan pusing dan merasa adanya putaran benda bulat kecil tersebut. Sayangnya seperti pikiran kosong dan penting yang tak ada. Andai tiap detail terpikir oleh mereka. Harta karun terbesar akan menyelipkan diri di antaranya. Mereka sadar, mereka menyadari. Mereka mulai membangkitkan diri yang mulai sendu. Mereka yakin akan adanya kemampuan "DAPAT" yang terpendam. Persiapan dan bekal yang cukup memadai terkalung erat di lehernya. Percaya diri terpikirkan oleh mereka.

Langkahan kaki itu berpadu dengan seraknya udara. Terpadu pada objek yang mencincang. Namun, kotak kecil yang tersimpan seakan berteriak ingin, ingin sekali tumpahan tindakan terucap lantang. Sayang, ingin itu tak kunjung ada. GAGAL dan mata tumpah membanjir. Ia meronta dengan luka yang senang meluruh. Lari, lari, lari, menitik, lari, menitik, teriak, teriak, dan diam mati. Nyata yang seharusnya menyelimuti, runyam memilah sadar dan koma. Kecewa, malu akan dahulu yang baik dari sekarang. Tak harus dan sangat buruk menyaksikan. Andai... aku pinta tak satu lebih. Raga itu tak ada tempat yang sesuai. Antarkan dan genggam pada gejolak yang terpecah kalut.

0 comments: