Wednesday, January 11, 2012

Ringkukan Raga [part 2]

     Dengan pandangan malas, Risya memutar otaknya. Tenaga yang enggan terbuang, terpaksa keluar. Ditolehnya jam tangan yang menempel di pergelangan tangan. Warnana perak membuat sedikit silau karena berkas cahaya yang terpantul. Risya menyipitkan dahinya, tanda ada sebuah gejolak yang tak tersetujui. Jarum jam beranjak tak tampak menuju pukul 14.00. Ia tersentak kaget.
     Risya kembali menjejalkan beberapa pikiran ke dalam otaknya. Memasukkan secepat neuron sensorik dan neuron motorik mengalirkan rangsang. Ia bangkit dari sofa hijau kesayangannya. Bruukk... tumpukan buku di meja yang terletak tepat di sampingnya terjatuh, karena tangannya yang mengibas bebas. Segera dia kembalikan buku-buku itu ke tempat persinggahan terakhirnya. Ia pun lirih berdesah. Bergegas menuju ruang di mana ia akan dibersihkan.
     Tangannya cekatan menekan tombol-tombol handphone. Ia kalut dan terburu-buru. Jam tangannya sudah berteriak sejak beberapa lalu yang lalu. Tertunjuk angka 15.46. Padahal perjalanan yang harus ditempuh membutuhkan waktu yang cukup lama. Mungkin sekitar setengah jam. Ia pun mengirimkan sebuah pesan SMS.


     Ken, gue telat nih. Baru berangkat. Tadi ketiduran. Sepeda gue juga dipake sama kakak. Jadinya gue naik angkot. Tunggu, OK !!! Risya.

     Risya berlari menuju pintu utama. Membuka pintunya dan menguncinya rapat-rapat. Namun, Risya teringat sebuah masalah kecil. Ia lupa membawa sepatunya. Cepat pula ia memutar kunci pintu dan berlari kembali menuju rak sepatu. Ia ambil sepatu berwarna putih yang telah disemir, sehingga sepatu itu nampak indah dengan kilauannya. Ia pun kembali ke pintu utama dan melakukan seperti yang telah ia lakukan tadi, mengunci pintu rapat-rapat. Ia berjalan cepat menuju pagar rumah, membuka dan menguncinya. Ia sekarang setengah berlari membalap waktu. Tangannya melambai anggun membuat angkutan umum berhenti dihadapannya.
     Perasaan Risya ikut terburu-buru dan panik. Membuat udara di angkutan umum yang panas semakin panas. Ia memandang sekitarnya dengan napas tak beraturan. Sepertinya ia mengenal seseorang yang duduk di bangku pojok. Laki-laki menggunakan kemeja dengan jaket putih dan topi abu-abu yang menutupi rambut kepalanya. Pikirannya kembali bergelut, mencoba mengingat-ngingat. "Ya!" ucapnya tak terdengar. Dia kakak kelas SMP yang sempat dekat dengan Risya. Namun, tiba-tiba menghilang di telan bumi. Ia semakin gelisah bercampur senang.

to be continued...
Note : Don't be copy!

0 comments: