Sunday, January 8, 2012

Ringkukan Raga [part 1]

     "Sotoy loe, ahh!" pekik Risya mengaung ganas. Seolah tersentak, handphone yang terpegang seakan terlontar beberapa mikrometer. Lampu yang menghiasinya pun meredup. Seonggok lemari berdiri kaku, tak mampu menolong kegelisahan sang handphone. Begitu pula gorden yang terlulai menggantung, ia tenang, kaku, hingga angin tak mampu meliukkan dan mengibasnya.
     Dari ujung handphone terdengar uraian kata yang terlontar. "Kamu kenapa sih, Sya? Sekarang kok jadi emosi trus kaya gini?" Wah, sang handphone mulai tak enggan berselimur. Gorden pun mulai lega dan dapat mengibaskan arteri-vena dalam dirinya.
     "Gue uda muak sama semua itu!! Loe jangan ngelarang-ngelarang gue deh. Loe ga tau yang gue rasain selama ini!" Tegang dan hening tercipta dalam setting suasana itu.
     "Semua itu, sekolah..."
     "Stop! Loe jangan sebut-sebut tempat picik itu!" Sang handphone seakan tertampar oleh amarah yang terumbar mewah.
     "Sya, jangan gitu," suara di ujung handphone itu melemah seakan kalah di medan tempur.
     "Apa Loe? Loe ga ngerti semua!"
     "Hmmh..."
     "Nah, diem kan Loe sekarang? It's too fine."
     "Sya, dengerin aku dulu, please!"
     "Apa sih? Oke, Gue dengerin."
     "Tapi, kamu jangan motong pembicaraanku sebelum ku selesai."
     "Yuppy, deal."
     "Sya, Risya yang sekarang.... Tut... Tut...Tut..." Tiba-tiba suara di ujung handphone itu terganti oleh suara yang berulang kali terucap.
     "Ahhh, sial! Kenapa pake pulsa habis segala sih! Dasar provider pelit. Ntar kalo Gue uda bisa bikin sendiri, bakal gue naikin biaya telpon-sms 2 kali lipat! Puas Loe! Sial!" Risya tampak murka dan mengibas-ngibaskan sang handphone. Tampak terlihat sang handphone merasa dingin menyelimuti dan pusing menggelegar. Kibasan Risya sih penuh dengan tenaga. Ahh, namun sang handphone tiba-tiba menjerit keras.
     Risya nampak menekan-nekan tombol sang handphone. Bukannya sakit yang dirasa sang handphone, namun geli dan senang mendapat pijakan tangan Risya. Sedikit hiburan lah. Handphone pun bermain kata-kata.

     Sya, aku tunggu kamu di KFC Sarinah sore ini jam 3. Aku mau ngelanjutin omongan kita yang kepotong tadi. Thx. Iken.

     Lemari mengamati gerak-gerik Risya. Risya mulai mengerutkan kening. Ia juga dengan lantang memutar-mutar bola mata beningnya. Seakan berpikir dan terselubung rencana yang tak akan terduga. Ia memutar badan, meraih remote tv, menyalakannya, dan tersenyum dengan riasan sinis terlukis.

to be continued... 

Note : Don't be copy! 

0 comments: