Saturday, January 19, 2013

Pedih dan Seonggok

Awal tak berdesir kasar...
Ia melambai lembut...
Ia mengelus dengan lunglai...
Ia mengendus dan menempel...
Namun, bak es terselimuti matahari siang...
Sirna itu riang menyapa...
Menggandeng menuju gulita...
Mengarahkan pada runcingnya jarum...
Menyurut, tertepis, dan sunyi...
Hanya pedih menggelora anggun...
Menganggap dirinya sesosok emas hidup...
Menghantui dan menyakiti...
Pedih itu tak henti menduka...
Semacam kawanan tak ada kendali...
Pedih menyerobot waktu...
Mengelap detik-detik kehidupan...
Menggumam tanpa tahu arah...
Dan terparahpun terlaksana...
Pedih terkait seonggok nyawa bumi...
Jangan kau kekang seonggok itu!
Karna ia, ia yang tak tahu diri...
Tak tahu akan harapan...
Binasanya ada pada sombong...
Kalutnya ada pada ketakutan...
Asanya ada pada tolehannya...
Ia hilang...

2 comments:

Aghnan said...

Sejenak lewat tuk membaca yang tersirat..

Aghnan said...
This comment has been removed by the author.