Thursday, May 24, 2012

Kata Terakhir

Mata berkaca-kaca...
Dapat terperosok ke dalam kelas yang berpenghuni kecil...
Mereka yang penuh dengan kecerdasan yang luar biasa...
Mereka yang penuh misteri akan sosoknya...


Luar biasa, pikiran kecil ketika awal menapaki kehidupan baru di jenjang SMA. Senang, takut, dan luar biasa. Yah, "luar biasa", dua kata yang mengaung saat itu. Tiap detik menyusuri dunia itu, tak ada sedikitpun rasa percaya diri. Selalu gelisah, hingga suatu saat rasa kalut itu lenyap. Aku telah terhipnotis oleh simulasi yang entah aku tak mengerti. Mungkin kebiasaan, kebersamaan, atau kesepian. Dan aku dahulu berharap kondisi seperti ini akan berumur panjang. Tentunya tak mengharapkan adanya hambatan ataupun pengacau.

Kebahagiaan dan kebersamaan memang selalu lebih indah di awal. Tak lupa juga terkadang ada janji-janji yang terucapkan. Dengan semangat yang mencuat, kami tegakkan dan lontarkan. Senyum bahagia pun mengembang. Serasa saat itu, di dunia hanya berteman sebelas orang saja. Tapi, memang benar juga. Dunia terasa hanya mereka saja. Pagi hari yang matahari belum menampakkan dirinya, di saat beberapa manusia masih terlalu lelah dan tak mampu untuk membuka kelopak matanya, kami telah berkumpul menyongsong kehidupan yang entah memiliki alur yang seperti apa. Kembali berkutat dengan kebiasaan yang sama. Kumpulan tugas-tugas yang semestinya layak diselesaikan. Ketika saat-saat menjelang matahari menutup dirinya, barulah kami mengucapkan sampai jumpa. Keesokan harinya pun seperti itu, trus, trus, trus, dan trus seperti itu. Hingga keluarga kedua pun terbentuk.

Namun, sepertinya, titik jenuh tlah menemukan kami. Ia menyelusup di antara kami. Tak ada daya yang mampu menangkisnya. Hingga akhirnya terperosok pada jurang kejenuhan itu. Semakin lama, semakin tak terkontrol, dan lepas. Kesatuan yang mungkin meninggalkan kenangan. Jujur, aku sudah terlalu lelah dan tak sanggup :)

Kini, aku sendiri merasa gusar. Kenyamanan itu menjadi bumerang emosi. Hanya sedikit kata terakhir yang ingin ku ucapkan. Kata terakhir yang mungkin sama sekali tak menggugah.

Terima kasih kawan...
Terima kasih atas hari-hari yang penuh teka-teki
Hari-hari yang entah itu bahagia atau sebaliknya
Jasa dan peduli yang masih tersisa
Ketika usia menua, ku yakin kalian menjadi sosok terbaik
Berada di puncak kehidupan
Karena kalian tlah lalui berjuta problematika hidup
Belajar dari sana, agar tak lagi terjerumus
Terbentuklah pikiran dewasa kalian
Aku yakin, kalian dapat berpikir dan menilai
Tapi, bukan itu yang ingin aku bicarakan
Karna ku percaya ada sedikit kecut yang akan muncul
Kawan...
Aku hanya ingin meminta maaf
Lalu yang penuh dengan salahku dan egoku
Dan mungkin juga "bertopeng"
Yah, "bertopeng", julukan baru buat kita
Aku hanya dapat tersenyum tipis
Aku yang tidak mengerti
Aku yang terlalu tidak peka atas diriku sendiri
Maaf kawan...
Mungkin jalanku salah
Tak ada pedoman yang jelas akan cara berada di samping kalian
Semoga jalan kalian selalu benar dan tak terhambat
Semoga esok kita berpisah dengan tak tertinggal satupun orang
Terima kasih sekali lagi...
Karena ini kata-kata terakhirku untuk kalian
Karena aku tak peduli jika kalian ingin berkata,
"Hanya cari muka dengan tulisan"
"Taktik agar hati meluluh"
Apalah kata kalian saat ini...
Aku tak peduli
Karena aku hanya ingin berterima kasih dan meminta maaf 
sorry rek, aku ga ikut wisuda

0 comments: