Monday, May 28, 2012

First Time

Tanggal 26 Mei 2012, mungkin tanggal yg ga akan pernah aku lupakan. Pertama kalinya aku bisa melihat tawa bahagia kedua orang tuaku, melihat tangis senang mereka. Ya, mereka benar-benar bahagia. Terima kasih ya Allah.

Hari itu memang tepat dengan pengumuman kelulusan. Semoga seperti berita burung yang banyak terdengar, SMANELA lulus 100%. Amiiinnn... Aku yakin SMANELA bakal lulus 100%. Penantian yang memang cukup melelahkan. Pagi-pagi minta doa ke orang tua dan nenek. Biar lupa gitu, iseng nyetrika baju yang uda menggunung. Makin dag-dig-dug. Tepat saat jam 10, perasaan semakin was-was. Berhubung belum mandi gara-gara kebanyakan mikir dan sebagainya, akhirnya aku mandi. Tapi, pas udah di kamar mandi, bunyi dering telpon uda 4 kali bunyi. Adek yang lagi asyik nonton tv juga enggan mengangkatnya (maleslah kayanya). Setelah selesai mandi, langsung lari ke kamar ngambil hp. Benar dugaanku, itu telpon dari papa. Jantung makin berdetak kencang, aku telpon kembali. Diangkat sama papa. Wow, alhamdulillah :)

Entah siang itu terasa meresahkan. Dibuat tidur juga ga enak. Bolak-balik ke kamar mandi. Ujung-ujungnya buka laptop. Iseng aja browsing internet. Pertama kali yang dibuka itu alamat twitterku. Syok, ga nyangka, langsung baca tweet, "Hasil SNMPTN Undangan sudah bisa diakses di undangan.snmptn.ac.id mulai pukul 5 sore nanti..." Waktu aku buka alamat itu, ternyata bener, penghitungan mundur seperti tahun lalu udah dimulai. Yah, kurang 2 jam lagi pengumuman. Makin dag-dig-dug aja. Segera aku kirim SMS ke teman sekelasku n beberapa temanku yang lain. Resah, ga tenang banget. Dicoba tidur, pikiran melayang kemana-mana. Akhirnya keluar kamar dan ngeliat papa lagi nonton tv di lantai atas. Dalam hati, "Ngomong ga ya? Gimana ngomongnya?" Akhirnya nih mulut terbuka juga. Tapi -_- ngomongku kacau banget. Mulut ini uda gemeteran ga karuan. Aku pun masuk lagi ke kamar. Tidur di sebelah adikku. Gangguin adikku yang lagi tidur. Lucu sih, hhehe. Mondar-mandir ke sana kemari. Ketika waktu kurang 45 menit, sobatku telpon aku. Alhamdulillah, ada temen buat penantian. Ngomong segala macem sampe hampir setengah jam. Waktu kurang 15 menit, bingung deh pikiran, turun ke bawah ambil makanan, iseng-iseng ngasih makan ikan, berdiri menatap awan yang putih n tenang. Ohh... Rif... setelah balik lagi ke laptop. Wa... waktunya kurang 5 menit lagi. Fokus berdoa, BBM mama minta doanya. 3... 2... 1... "Hasil Seleksi SNMPTN Undangan 2012. Masukkan nomor pendaftaran dan tanggal lahir." Mati aku, aku naruh kartu peserta di mana. Waktu 5 menit sendiri itu di buat nyari. Udah gitu banyak SMS, BBM, n telpon yang masuk. Ga' tau ini lagi bingung nyari. Eh, ternyata kartunya ada di map paling atas. Ngapain tadi bongkar" yang di bawah -_- Baru nyadarnya lagi, file kartu peserta di laptop kan ada -_- Aku masukin nomor peserta dan tanggal lahir. Dalam pikiran, "Gimana kalo nomor pesertanya salah? Gimana kalo tanggal lahirku beda juga? Ahh... ini kenapa loadingnya lama ya Allah." Ini mata uda nangis takut, takut ngecewain orang tua. Dan taraa....


Alhamdulillah ya Allah... Orang yang pertama kali aku beri tau itu mamaku. Berhubung aku ga bisa ngomong gara" lagi nangis, aku BBM mama, terima kasih ya Allah :) Pagi tadi Kau beri cobaan kepadaku, sekarang kau memberiku rezeki yang luar biasa.

Thursday, May 24, 2012

- Aliran yang Bergejolak -

Anyir darah semangat nampak muluk di udara
Pesat dan riuh akan gelora yang membara
Cemaran udara itu meracuni generasi muda
Seketika, amarah kebangkitan merasuk
Mereka bergejolak...
Mereka bergetar...
Mereka berteriak...
Oh, kau, generasi muda...
Kau telah terapit dan tak bisa berkutik
Getarkanlah impuls yang takut
Tanamlah keengganan menjadi sejuta emas
Pijaklah tuts kehidupan dengan adil
Karena kau bibit unggul dan menawan
Karena kau mentari bangsa


Kata Terakhir

Mata berkaca-kaca...
Dapat terperosok ke dalam kelas yang berpenghuni kecil...
Mereka yang penuh dengan kecerdasan yang luar biasa...
Mereka yang penuh misteri akan sosoknya...


Luar biasa, pikiran kecil ketika awal menapaki kehidupan baru di jenjang SMA. Senang, takut, dan luar biasa. Yah, "luar biasa", dua kata yang mengaung saat itu. Tiap detik menyusuri dunia itu, tak ada sedikitpun rasa percaya diri. Selalu gelisah, hingga suatu saat rasa kalut itu lenyap. Aku telah terhipnotis oleh simulasi yang entah aku tak mengerti. Mungkin kebiasaan, kebersamaan, atau kesepian. Dan aku dahulu berharap kondisi seperti ini akan berumur panjang. Tentunya tak mengharapkan adanya hambatan ataupun pengacau.

Kebahagiaan dan kebersamaan memang selalu lebih indah di awal. Tak lupa juga terkadang ada janji-janji yang terucapkan. Dengan semangat yang mencuat, kami tegakkan dan lontarkan. Senyum bahagia pun mengembang. Serasa saat itu, di dunia hanya berteman sebelas orang saja. Tapi, memang benar juga. Dunia terasa hanya mereka saja. Pagi hari yang matahari belum menampakkan dirinya, di saat beberapa manusia masih terlalu lelah dan tak mampu untuk membuka kelopak matanya, kami telah berkumpul menyongsong kehidupan yang entah memiliki alur yang seperti apa. Kembali berkutat dengan kebiasaan yang sama. Kumpulan tugas-tugas yang semestinya layak diselesaikan. Ketika saat-saat menjelang matahari menutup dirinya, barulah kami mengucapkan sampai jumpa. Keesokan harinya pun seperti itu, trus, trus, trus, dan trus seperti itu. Hingga keluarga kedua pun terbentuk.

Namun, sepertinya, titik jenuh tlah menemukan kami. Ia menyelusup di antara kami. Tak ada daya yang mampu menangkisnya. Hingga akhirnya terperosok pada jurang kejenuhan itu. Semakin lama, semakin tak terkontrol, dan lepas. Kesatuan yang mungkin meninggalkan kenangan. Jujur, aku sudah terlalu lelah dan tak sanggup :)

Kini, aku sendiri merasa gusar. Kenyamanan itu menjadi bumerang emosi. Hanya sedikit kata terakhir yang ingin ku ucapkan. Kata terakhir yang mungkin sama sekali tak menggugah.

Terima kasih kawan...
Terima kasih atas hari-hari yang penuh teka-teki
Hari-hari yang entah itu bahagia atau sebaliknya
Jasa dan peduli yang masih tersisa
Ketika usia menua, ku yakin kalian menjadi sosok terbaik
Berada di puncak kehidupan
Karena kalian tlah lalui berjuta problematika hidup
Belajar dari sana, agar tak lagi terjerumus
Terbentuklah pikiran dewasa kalian
Aku yakin, kalian dapat berpikir dan menilai
Tapi, bukan itu yang ingin aku bicarakan
Karna ku percaya ada sedikit kecut yang akan muncul
Kawan...
Aku hanya ingin meminta maaf
Lalu yang penuh dengan salahku dan egoku
Dan mungkin juga "bertopeng"
Yah, "bertopeng", julukan baru buat kita
Aku hanya dapat tersenyum tipis
Aku yang tidak mengerti
Aku yang terlalu tidak peka atas diriku sendiri
Maaf kawan...
Mungkin jalanku salah
Tak ada pedoman yang jelas akan cara berada di samping kalian
Semoga jalan kalian selalu benar dan tak terhambat
Semoga esok kita berpisah dengan tak tertinggal satupun orang
Terima kasih sekali lagi...
Karena ini kata-kata terakhirku untuk kalian
Karena aku tak peduli jika kalian ingin berkata,
"Hanya cari muka dengan tulisan"
"Taktik agar hati meluluh"
Apalah kata kalian saat ini...
Aku tak peduli
Karena aku hanya ingin berterima kasih dan meminta maaf 
sorry rek, aku ga ikut wisuda