I |
ndonesia pernah memiliki segudang
prestasi dari cabang olah raga bulu tangkis. Mulai dari era Rudi Hartono, Lim
Swie King, hingga saat ini, Taufik Hidayat. Salah satu elemen penting dari olah
raga ini adalah shuttlecock. Tanpa benda yang berasal dari bulu angsa ini,
permainan tidak akan pernah berlangsung.
Mengenal Lebih Dekat
Tahun
2002 adalah langkah awal untuk memulai usaha ini. Ya, usaha shuttlecock menjadi
pilihan Bapak Edi Besuni. Usaha ini menjadi pilihan karena seperti hobinya,
bermain bulu tangkis. Dengan modal awal Rp 10.000.000,00, bapak beranak dua ini
mampu mendirikan usaha shuttlecock ini.
Awal
berusaha bukanlah hal mudah seperti merobek selembar kertas. Bapak Edi harus tertatih-tatih
terlebih dahulu. Beliau harus memahami seluk-beluk pasar shuttlecock, mencari
sumber bahan yang murah dan terjangkau, serta
cara memasarkan
barang kepada konsumen.
Namun, dengan usaha dan pantang menyerangnya, beliau dapat menjalaninya
dengan lancar.
Tiap
harinya sekitar 20 karyawati berdatangan ke rumah Pak Edi yang terletak di Jl.
Dworowati Timur no. 10 RT01 RW06, Mulyoarjo, Lawang. Pukul 07.00 tepat, mereka
memulai aktivitasnya. Pertama-tama bulu angsa yang sudah disiapkan dikukus
terlebih dahulu agar mekar. Kemudian didiamkan hingga kering.
Tentunya
Pak Edi tidak sekedar memilih bulu angsa. Bulu yang dipilihnya adalah bulu yang
berasal dari 6 bulu di sayap kanan dan kiri. Warnanya pun juga harus putih
bersih dan tebal. Setiap bulu yang baik harus memiliki berat 1,7 gram sampai
2,1 gram. Jika tidak, maka bulu tersebut akan langsung dibuang. Selain itu,
bulu angsa yang baik juga harus dipetik atau dicabut sebelum angsa dibunuh.
Langkah
selanjutnya adalah menyiapkan gabus. Berat gabus harus disesuaikan antara 2,2
gram hingga 2,6 gram dengan diameter 27 mm sampai 28 mm. Hal ini dilakukan agar
terjadi keseimbangan antara gabus dan bulu angsa yang telah dipilah. Tidak
lupa, setiap pinggir gabus diplong untuk memasukkan ujung bulu.
Kunci pada Lem dan Benang
Agar
gabus dan bulu menyatu, keduanya harus dijahit dan direkatkan menggunakan lem.
Benangnya diimpor langsung dari Jepang, sedangkan lem yang digunakan adalah lem
Thread Bs-328L dan lem Base Bs-327S. Kedua macam lem itu diimpor dari Jerman.
Bapak Edi memilih lem ini karena kualitasnya yang tinggi dan tidak akan pernah
berubah warna menjadi cokelat.
Supaya
menghasilkan shuttlecock yang bermutu dan memenuhi standar, shuttlecock yang telah melalui beberapa langkah tersebut ditimbang.
Ukuran yang baik adalah sekitar
49,5 gram. Jika kurang
dari kisaran tersebut, gabus pada shuttlecock dapat disumbatkan dengan
benda yang beratnya sesuai dengan berat yang kurang.
Pengujian
adalah proses selanjutnya. Tahap ini dilakukan oleh seorang yang ahli dalam
mengontrol shuttlecock. Shuttlecock yang dipilih adalah shuttlecock yang saat
pengujian tidak goyang dan meluncur dengan stabil. Jika tidak, maka shuttlecock
tersebut tidak layak pakai. Setelah shuttlecock tersebut diseleksi dengan
diteliti, barulah shuttlecock tersebut diberi label dan dikemas di dalam
tabung.
Proses
pembuatannya tidak memerlukan waktu yang cukup lama. Dalam waktu 3 hari,
industri rumahan ini mampu menyelesaikan sekitar 100 tabung. Biasanya tiap
tabungnya berisi 12 buah. Pak Edi memasarkan tiap tabungnya dengan harga Rp
33.000,00.
Kesulitan Pembuatan
Pembuatan
shuttlecock tidaklah selalu mudah. Pak Edi terkadang menemui beberapa kendala.
Pada bahan baku, pernah pada saat wabah flu burung melanda, bulu angsa sangat
sulit dicari. Akibatnya, menghambat dalam proses produksi. Tidak hanya itu, hal
yang dianggap paling sulit bagi Pak Edi adalah menyesuaikan agar shuttlecock
tidak goyang dan tetap stabil.
Pemasaran Shuttlecock
Pak
Edi tidak hanya memasarkan shuttlecock ini di sekitar daerah Malang saja. Akan
tetapi, juga dipasarkan di daerah Bandung dan Jakarta. Beliau
mendistribusikannya melalui paket barang, karena harganya dianggap lebih
terjangkau. Dengan memasarkan di beberapa daerah ini, beliau mendapatkan
keuntungan hingga 2-3 juta rupiah perbulannya. Berawal dari hobinya dapat
membuahkan keuntungan yang memuaskan.
Bapak
Edi berpesan kepada konsumen shuttlecock. Hendaknya memilih shuttlecock dengan
bulu yang putih, tebal, dan rapi pada hasil akhirnya. Hal tersebut agar tidak
menyesal mendapatkan shuttlecock yang tidak sesuai.
Kesuksesan kita adalah bagaimana kita dapat memompa
diri kita dan menyukseskan orang-orang di sekitar kita