Saturday, March 31, 2012

Kisah N 579 UG

Rifda pingin berbagi kisah yang mungkin ini juga salah tindakan dan terlalu berlebih. Hehe, tapi kan juga memang dalam kondisi yang ga baik. Read it! Don't read if you feel regret at "the end"

Pagi-pagi, bahkan sebelum hari ini (Sabtu, 31 Maret 2012), Rifda sudah memikirkan dan merencanakan untuk ga masuk sekolah. Alasannya sih gara-gara di sekolah cuma ada acara motivasi-motivasi gitu. Pasti bikin bosen. Tapi, akhirnya Rifda masuk juga gara-gara si pak ketua kelas marah-marah -_- Itu pun, juga karena satu hal lain yang kalau itu terjadi, mungkin Rifda ga masuk sekolah beneran, hihi.

Berangkat sekolah sebenernya udah males-malesan. Masa' dari sekolah baru jam setengah 7, hihi. Untung nyampe sekolah pas jam 7 dan untung banget ga masuk jam 6.45. Itu pun langsung disambut meriah lho, haha. Trus langsung aja ke Aula Sekolah. Pertama masuk sih sudah peraasaan ga enak, "Kok yang bawa acara masih muda ya? Alamat bakal ngebosenin ini." Acara dimulai, bukannya langsung to the point ke acara utama. Eh, Pak Kepala Sekolah mau kotbah dadakan dulu (lol). Kotbahnya aja sampe 15 menit lebih -_- Tapi, yang bikin jantung deg-deg serr itu pas Beliau bilang kalo hasil TO 4 hari ini udah keluar. Jleb, langsung aja pada diem semua. Trus bilang juga kalo dari TO ke 1-4 masih ada 3 anak yang belum lulus. Makin JLEB.

Acara puncak, acara yang membosankan. Eh, ternyata cuma penampilan awal doang. Acaranya seru banget :) Ga' kaya motivasi pertama yang lebih cenderung konsentrasi ke beberapa murid aja. Padahal yang lainnya kan jadi ngiler pingin ikut permainan. Xixixi :p Banyak permainan, banyak cerita-cerita yang membangkitkan semangat, banyak penyesalan, dan yang terakhir, adegan nangis masal. (But, I was really happy at crying moment, because there were some conditions and acts which could rise my smile, yah, it is *tuuuuttttttt*)

Dari sekian cerita, sayangnya belum masuk ke cerita sebenernya, hhehe. Cuma pembuka aja. Yang sebenernya itu waktu sepulang sekolah. Berhubung hari ini sudah bertekad ga' bawa motor ke sekolah, terpaksalah naik angkot dengan mata yang masih sembab dan perasaan masih belum clear gara-gara "crying moment" tadi. Angkotnya lumayan penuh, diliatin juga sama semua penumpang. Rifda sih duduk di deket pintu. Tapi ibu-ibu Cina yang duduk di sebelahku itu dempet banget duduknya. Padahal kan di sebelahnya masih kosong ga ada penumpang. Agak sebel juga sih sama ibu-ibu itu. Tapi, sabar Rif. Di sisi lainnya ada 2 anak SMP juga di deket sopir, 1 mahasiswa, dan 2 ibu-anak.

Angkotnya behenti naikin 3 penumpang yang semuanya siswi SMP. Pak sopirnya nyuruh geser ke dalem. Dalam hati, "Ga' bisa geser lagi, Pak. Sebelah kanan dempet banget." Perjalanan ke rumah masih sangaaattt jauh. Ketiga penumpang SMP tadi akhirnya turun. Nguping sedikit (bukan nguping sih, lha ibunya kalo bicara lumayan keras), katanya ibu di sebelah mau ke Malang. Ohhhh... masih jauh. Tapi ini suasana sudah mulai memanas. Ibu-ibu di sebelah itu juga ngomong sama orang depannya, "Halah, biarin, ga' usah geser-geser, kita di sini juga bayar." Angkotnya berhenti lagi, naikin 1 penumpang SMP (lagi). Pak sopirnya mungkin emosi, "Mau berhenti di mana sih MBAK???? Disuruh geser ga' mau." Aku mulai emosi juga, tapi sabar, dalam hati, "Pak, bisa lihat kan? Punya mata kan? Mau geser kemana? Kiri? Jatuh, Pak. Kanan? Liat tuh, Ibu itu ga mau geser sama sekali. Bapak ga' liat kondisi ya?" Ini mata masih sembab, digituin, pikiran masih belum tenang, langsung aja pas ada penumpang berhenti, Rifda ikutan berhenti. Ga' liat ke sopirnya, uang langsung dikasihin ke penumpang di sebelahnya. Entahlahhh..... (Astagfirullah....) Padahal masih separo perjalanan.

Ga' berhenti di situ aja. Rifda naik angkot lainnya. Ternyata angkot pertama tadi berhenti di pasar dengan penumpang yang tinggal Ibu Cina tadi. Masih emosi sih, langsung dicatat plat nomornya. Rifda liatin terus tuh angkotnya. Pas angkot yang Rifda naikin nyalip angkot itu, Rifda ngliat Ibu Cina ngliat Rifda. Ga' cuman itu. Pak Sopir itu juga menyadari ada Rifda di angkot lain. Rifda liatin teruuuss, sampe angkotnya hilang. Huuffffhhh.... Mungkin Pak Sopirnya itu menyadari ya, hihi.

Jangan niru tindakan Rifda tadi ya. Cukup dijadikan pelajaran aja. Menuduh dan berbicara mengenai orang lain itu memang mudah, mungkin juga ga' memikirkan dampaknya. Tapi, sangat miris sekali jika ucapan dan tuduhan kita itu sampai ke telinga orang yang kita tuduh. Padahal, orang itu tidak pernah melakukan perbuatan yang dituduhkan tersebut. Jadi, jaga ucapan dan tindakan!

Thursday, March 22, 2012

Sekarang Indah, Lalu yang Terlupa

Melupa itu mudah
Tapi...
Menyadari itu sulit

Usaha itu penting di setiap kehidupan. Entah itu usaha dalam hal kecil, hingga berkuantitas besar. Usaha itu juga akan menghasilkan buah jika dilakukan dengan bersungguh-sungguh. Namun, jika usaha yang dilakukan telah sesuai, namun belum juga mencapai sesuatu yang diinginkan, janganlah berkecil hati dan berputus asa. Kesuksesan besar masih setia menanti. Entah itu esok atau beberapa tahun kemudian, kita pasti akan mendapatkan dampak dan 'big present' dari usaha serta kerja keras itu. Akan tetapi tidak sedikit orang perlahan-lahan melupakan usaha awalnya. 

Orang ketika telah sukses, mereka akan merasakan sebuah kepuasaan. Hingga mungkin mereka lupa akan keadaan sebelum mereka seperti sekarang. Mungkin dahulu  tidak mengenal uang 10 juta. Bagi mereka uang sejumlah itu adalah uang yang tidak mungkin dimiliki. Akan tetapi, berbeda dengan sekarang, menurutnya uang segitu mah cuma dibuat ongkos pekerja, bahkan kurang. Wow! Tentu itu sebuah rezeki yang besar dari Allah. Namun, hendaknya kembali menoleh kepada asal hidup kita. Melirik kepada orang-orang seperjuangan kita pada saat meraih mimpi tersebut. Jangan sampai ketika telah sukses meraih yang diinginkan, kita lupa diri. Lupa akan teman seperjuangan dan tentunya bantuan-bantuan yang telah diberikan. Pasti ada momen-momen yang sempurna untuk dikenang. Hal tersebut juga bisa dijadikan sebuah motivasi hidup. Bukan dengan mengucilkan mereka yang kurang beruntung atau belum dapat meraih cita-citanya tersebut. Dengan sombongnya kita mengacuhkan mereka seakan kita tidak pernah mengenal dan bertemu. Apa kita pantas melupakan mereka yang turut serta membantu suksesnya cita-cita kita? :) 

***

Mungkin saat ini aku terlalu dalam jatuh dan mereka yang di sana penuh dengan tawa riang. Namun, semua itu cukup aku jadikan motivasi dan sebuah inspirasi. Mungkin aku di saat seperti mereka, juga bersikap seperti mereka saat ini. Sehingga, mungkin, sekarang mereka melakukan itu semua. Tapi, aku tetap manusia biasa yang punya perasaan sakit. Tak apa, itu merupakan sebuah "tantangan".

Sunday, March 18, 2012

An Advice

Although it's good
But I hate an "advice", let alone it was said repeatedly
So, stop to say it word !!

Yup, that's my shout in my profile facebook's page. When I was writing that, I heard many words which outed from my mom's mouth. Firstly, I felt nothing, I heard clearly and no matter. But, when she was asking me to do some activities which I will do it surely, I felt annoying. Because she said "repeatedly". Maybe, I'm an emotional person. My anger appeared, I felt too bad. On my heart said, "Mom, please, stop to say it, I don't like it." But, I still heard and kept silent. I moved slowly. Maybe, she knew my removal. Ah, please, I have that plans. I'm not like another usual people. I have a principal, but if another people ask me and give many comment 'bout it, I can do it well. The fact, I will getting drop and that plans will be dissolve. But, I really thanks to them. They love and care me.

Honestly, I can't live with many regulations. If one of its is good for me, I'll follow it. I just want to life with my way, not another people's ways.

Wednesday, March 7, 2012

Everything is Ours

12 Akselerasi SMA Negeri 1 Lawang

Di mana pun, kapan pun, kita tetep "The Member of ACUITY"

Satu keluarga selamanyaaaa!!!!

Cinta kita seluas langit yang membentang

Kekompakan itu yang utama, seburuk dan sesusah apapun itu

Bersama Ibu Susi (mantan wali kelas)

Tawa ini akan selalu mengembang

Aku bangga punya kalian
Kalian yang memberiku banyak pengalaman hidup
Entah itu kegembiraan ataupun kesedihan
Kita sebuah keluarga yang tak akan pernah putus
Seberapa besar halangan dan rintangan yang menerkam
Kita semua bisa menangkis
Semangat kalian adalah semangatku
Aku bahagia melihat tawa ceria
Walau aku sering sekali bermuka kusut dan berhati gusar
Tapi kalian tetap di sampingku
Bersama kalian adalah saat-saat yang tak akan terlupa
Akan aku ukir kelak, sehingga tak dapat terhapus

Monday, March 5, 2012

Tahap Paling Menantang

Remaja itu identik dengan sifat labilnya. Terkadang juga engga selaras dengan aturan-aturan hidup. Seakan mereka yang paling berkuasa di dunianya. Seakan mereka sudah "mampu" dan memiliki "banyak" pengalaman hidup. Namun, nyatanya engga seperti itu juga. Masih banyak perilaku yang bisa menimbulkan kekacauan atas sikap "kebisaan" mereka. Mereka terkadang bertindak seperti orang dewasa. Gaya hidup dan perilaku yang "mendewasakan". Akan tetapi, itu belum sepenuhnya dewasa. Bahkan masih belum dianggap dewasa.

Banyak pula yang besikap sedemikian sehingga, menimbulkan berbagai efek samping. Ketika menimbulkan efek yang sempurna dan berhasil, mereka terlalu cepat senang dan membanggakan diri. Mereka lupa bahkan tidak mengerti mengenai hal-hal penunjang keberhasilan mereka. Jika, mereka dihadapi dengan hal yang hampir sama, namun ditunjang dengan hal lain, masih banyak di antara mereka yang bingung dan gagap menghadapinya. Jika efek yang ditimbulkan kurang sempurna bahkan gagal total, mereka mudah menyerah. Bagi mereka seperti, "Aku memang engga pantas di bidang ini."

Hal yang termasuk kategori paling lemah pada remaja umumnya adalah kesabaran dan emosi. Mereka masih kurang baik dalam mengontrol emosi. Emosi mereka cepat tumbuh dan terkadang terlalu berlebih. Kesabaran pun juga masih teramat kurang. Ini, itu, ingin segera terselesaikan atau pun tercapai. Bahkan remaja sekarang masih sangat sulit diatur. Nampak sekali di jalan raya, banyak remaja yang belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sudah berani berkendara. Parahnya, banyak sekali remaja yang berkendara dengan kecepatan tinggi melampaui batas. Kesabaran remaja pun belum melekat pada jati diri mereka.

Pikiran mereka pun juga penuh sesak. Bercabang dan tidak terpusat, menyebabkan kebingungan yang sering melanda. Oleh karena itu, mereka juga masih perlu bimbingan dan asuhan para orang tua. Mereka masih perlu perhatian besar dan diberikan pelajaran-pelajaran hidup untuk dijadikan bahan untuk masa depan mereka. Yang jelas, menjadi remaja itu tidak susah. Hanya salah satu tahap hidup yang akan tertinggalkan menuju tahap yang lebih baik. Keseimbangan dan kemampuan diri untuk bertindak itulah yang penting dan tidak terpengaruh oleh dunia luar yang buruk.

Sunday, March 4, 2012

Meremeh Itu Pantang Terlaku...

meremeh itu pantang terlaku
karena ia picik dan tak siap berlabuh

Zaman galau teriring dengan zaman egoisme. Berjalan dengan dada yang membusung. Mereka benar, mereka paling benar. Mata itu nampak berbinar sinis. Senyum itu nampak kecut terpancar. Mereka rasa, penuh dengan mampu. Tak perlu berlatih. Nasihat bagai tarian debu transparan, tak terlihat mata makhluk Tuhan. Mereka berliuk sesuka pikiran menggandeng. Mungkin terlalu erat gandengan itu, hingga ajal tercapai jelas. Tak terkira, tak tertangkap oleh duga. Mereka tertusuk, diam, tak berdalih. Lemah sudah yang terasa. Mereka gagal.

Mereka terlalu meremeh yang ada. "Ahh, aku bisa lakukan semua itu. Itu mudah banget." Namun, tak seperti nyata yang terukir. Mereka tak mampu lakukan. Putus asa dan membodohkan keadaan. Pikirannya berpacu dengan tangis, "Tidak seharusnya aku seperti itu. Kenapa badanku ga bisa berkutik saat itu? Aku bodoh!" Nah, kecewa, menyesal, akhir yang selalu memamerkan diri. Mereka pun dengan sekejap lost control, DOWN. Seharusnya, bangkit itu yang utama. Yang lalu adalah sebuah emas kehidupan. Tak ada itu, tak ada ubah bergerak. Tetap menjadi manusia statis yang tak berpikir. Jika lampau telah penuh dengan remehan, jangan peluk kembali pada masa yang datang. Jangan kau jadi sebuah sosok yang terlalu tergiur kemampuan dan status, yang akhirnya menjadi terlalu penat dan depresi.

Saturday, March 3, 2012

air mata

di sana ada air mata yang mengalir .
meluruh dalam isakan yang tak kan berarti .
ia terabaikan .
tak ada peduli akan derasnya aliran itu .
tak makin berhenti adanya .
ia tertusuk .
mata itu makin pedih merasa .
nampak merah pekat .
bukan lagi aliran jernih air mata .
lebih dari putihnya susu .
lebih dari birunya laut .
ia pekat dan kental .
merah dan  gelap .
ya, darah senantiasa menggantikan .

Friday, March 2, 2012

Dear diary

   Maybe, I really hate my adolescence. Especially, my sixteen years old. I remembered what the poor moment ever.

   I had a class and we called it, “a small class.” Because 10 students only on my class. Firstly, when I was in first grade, there was no strange situations. I did my activities well. I looked many friendly faces. Every time, we smiled together. But, in the middle, I felt too strange. They were different behaviors. When I said my opinion, they had never agreed to me. I tried to say my reason, but their emotional appeared. I cornered deeply and just kept silent.

Not only that, but also one of them. He was too bizarre to me. Last, I though if he forgot me and he felt, “she isn’t my friend. So? What’s wrong if my decision to will not be her friend?” I had ever felt too stuck. I tried again. I tried to say a word to him. Badly, there was no response to me.

One day, I couldn’t keep my self well. I too depressed. I felt no one people cared to me. Especially, my class was full of many bad persons. Every night, I cried. I really wanted to leave this class. When the bell was to go home, I leaved this class quickly. They looked at me, but the mean of their gaze was a shout if I was too bad on their level.

What is my fault? It’s my answer till now. But, I have never gotten the question


Note : English's assignment

MONEY, love or not?

     Do you love money? Sure, many people love money. But, is it true if money can buy happiness? The answer is back to your self. Different person, different habit, different activity, and different thinking.
     Many people think, "Ahh... she is a fortunately person if she has much money." The money will pay all of you want. But, unfortunately, it's a material thing only.  If you get sick, you will pay all of money to your health. The time is over to you and you die. Can you buy a life? NO!! Although you have many billion dollars, you can't buy it.
     Your best friend feel sad, is it true if you can buy a smile and a happy heart to her? No, you can't. It's from her deepest heart. Much money can't change her condition. We can look at the real example. He was a rich man who had many big businesses. All of his businesses were success. But, he didn't have a family. One day, he felt sad and alone of his situations. At least, he depressed.
     Much of money can't give a happiness. The fact, money is important for our life. But, don't be over to love money. Your self, other people, you environment are more important than a small bad piece of paper which can destroy.